Selasa, 19 April 2016

Makna Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah

Memiliki keluarga sakinah mawaddah wa Rahmah (Samara) adalah dambaan setiap orang. Sering kita dengar orang mengucapkan selamat kepada pengantin , agar keluarganya sakinah, mawaddah, wa rahmah. Tapi tahukah mereka, apa keluarga samara itu? Bagaimana ciri-cirinya? Dan bagaimana untuk meraihnya?


Kata samara berasal dari firman Allah,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوْا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (الروم : 21)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah ia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu SAKINAH kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa MAWADDAH dan RAHMAH. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(QS Ar-Rum : 21)

Sakinah berasal dari kata SAKANA artinya tentram tenang.
            Salah satu tujuan menikah adalah supaya manusia merasa tenang dan tentram karena laki-laki dan perempuan mempunyai kelemahan dan kekurangan. Suami membutuhkan istri. Istri membutuhkan sentuhan suami. Sedangkan kesempurnaan kesenangan didapat bila suami-istri saling melengkapi. Bagi kaum muda atau usia menikah hidupnya akan sepi jika tidak ada pendamping.

Ciri-ciri Keluarga Sakinah
  1. Suami akan selalu merindukan istrinya, sehingga tidak betah berada di luar rumah setelah beraktifitas mencari nafkah, atau beribadah;
  2. Istri akan selalu menunggu kedatangan suami setelah beraktifitas;
  3.  Menjadikan rumah sebagai tempat berkumpul, tempat kembali, tempat istirahat yang menyenangkan;
  4. Suami akan bangga bila memberi nafkah kepada istrinya, sebab itu ia akan selalu giat bekerja;
  5. Istri akan senang menerima nafkah dari suaminya dan bersyukur kepadanya, sebab itu ia tidak akan berbuat TABDZIR (boros);
  6. Suami-istri akan hidup tentram di rumah; BAYTI JANNATIY (Rumah adalah surgaku);



MAWADDAH berasal dari kata WUDDUN / WIDDA artinya cinta kasih, mempunyai keinginan yang kuat, merasakan kepuasan. AL WADUD adalah salah satu al Asmaul Husna
       Allah menciptakan manusia berpasangan agar satu sama lain saling menikmati hidup, menyalurkan kebutuhan biologis. Dengan adanya pernikahan secara islam, hak suami istri akan terjaga, terhormat, tidak melepaskan syahwatnya kepada siapa saja. Setelah akad nikah Islam membolehkan satu sama lain bergaul dengan bebas.

Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS al-Baqarah : 223)


Sabda Rasulullah saw, “Nikahilah perempuan besar cintanya dan akan banyak anaknya, karena aku ingin menjadi yang banyak umatnya karena kamu,” (HR Abu Dawud dan An-Nasai)

Ciri-ciri Keluarga Mawaddah
  1. Suami akan mencintai istrinya sebagai pasangan hidup ketika suka maupun duka. Demikian juga istrinya;
  2. Suami akan merasakan bahwa hanya istrinya yang nikmat dan halal digauli;
  3.  Istripun menikmati hal yang sama dan tidak akan berpaling dari suaminya dan selalu menjaga kehormatan dirinya;
  4. Suami istri akan menikmati hidup berumah tangga;
  5. Suami tempat curhat istri demikian juga istri tempat curhat suaminya;
  6. Suami akan senang bila istrinya meminta; dan istri akan senang bila disuruh suaminya;
  7. Selalu bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya.


RAHMAH atau RAHMAT artinya kasih saying. Saling memberi dan menerima. Jika Mawaddah lebih cenderung kepada suami istri, maka Rahmah lebih cenderung saling mengasihi dan menyayangi antara anggota keluarga, terutama kepada anak. Dibedakan cinta kepada istri dan cinta kepada anak. Bukan hanya manusia yang diberi Rahmat oleh Allah untuk menyayangi anaknya. Namun diantara manusia ada yang tega menyiksa bahkan membuang dan membunuh anaknya.

Sabda Rasulullah saw, “Tidak termasuk umat kami orang yang tidak menyayangi yang kecil dan yang tidak mengetahui hak yang besar.” (HR At-Tirmidziy)

RAHMAT yang sesungguhnya adalah surga yang khusus bagi orang-orang yang berTAQWA.

Dari Abdullah bin Amr ra ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Orang-orang yang suka mengasihi akan dikasihi Allah. Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya Dzat yang ada di langit (Allah) akan menyayangimu.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidziy)

Ciri-ciri Keluarga Rahmah
  1. Suami istri saling menyayangi; tidak akan saling menzhalimi, menghina, menjelekkan dan saling menyalahkan;
  2. Orang tua selalu memperhatikan kebutuhan anak-anaknya;
  3. Anak-anak selalu hormat dan taat kepada orang tuanya;
  4. Setiap anggota keluarga berlaku sopan santun, sapa dan senyum;
  5. Ayah bertanggung jawab atas keselamatan anggota keluarganya dunia akhirat, sebab itu wajib mengajarkan islam kepadanya, mendidiknya, membimbingnya dan mengajaknya beribadah;
  6. Setiap anggota keluarga mengerti akan hak dan kewajiban masing-masing.


Dari Ibnu Umar r.a ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Masing-masing kamu adalah pemimpin (penanggungjawab); Imam adalah pemimpin, ia akan harus bertanggung jawab atas kepemimpinannya; Suami adalah pemimpin di rumah tangganya, ia akan ditanya tentang kepemimpinannya; Istri adalah pemimpin di rumah suaminya ia akan ditanya tentang kepemimpinanya; Pelayan adalah pemimpin dalam menjaga harta majikannya, ia akan ditanya tentang kepemimpinannya; (Kata Ibnu Umar saya kira Rasulullah saw bersabda), anak adalah pemimpin dalam menjaga harta ayahnya.” (HR al-Bukhary).

Keluarga Barokah
            Sebenarnya Rasulullah saw saat mendo’akan orang yang baru menikah tidak mengucapkan semoga keluarganya samara. Melainkan agar diberkahi atau selalu mendapat berkah (barokah). Barokah adalah tetapnya kebaikan (pahala) dari Allah; apa pun yang terjadi menimpa harus menjadi pahala. Ramadlan disebut bulan yang penuh barokah, artinya banyak pahala.

(أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَّأَ إِنْسَانًا إِذَا تَزَوَّجَ قَالَ : بَارَكَ اللهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ). رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَالأَرْبَعَةُ، وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَابْنُ خُزيْمَةَ، وَابْنُ حِبَّانَ

Bahwa Nabi saw apabila mengucapkan selamat kepada orang yang telah meikah (pengantin) beliau mengucapkan “BARAKALLAHU LAKA... (Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan melanggengkan berkah-Nya kepadamu, menyatukan kamu berdua dalam kebaikan).” (HR Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaymah dan Ibnu Hibban)
            LAKA dan ‘ALAYKA diartikan saat suka dan duka akan tetap mendapat BAROKAH; Saat mendapat ni’mat, bersyukur adalah pahala; ketika ditimpa musibah, bersabar adalah pahala.

Dari Shuhaib r.a ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sungguh mengagumkan, urusan orang yang beriman; Sesungguhnya segala urusannya berakibat baik, hal itu tidak dimiliki siapapun selain orang yang beriman; Jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur, hal itu adalah baik baginya. Jika menimpanya kesusahan, ia bersabar, hal itu adalah baik baginya.” (HR Ahmad, Muslim, ad-Darimi dan Ibnu Hibban)

Oleh H.M. Rahmat Najieb, S.Pd

Tidak ada komentar: